Tuesday 21 May 2013

manfaat pupuk organik

 

 

MANFAAT PUPUK ORGANIK

  
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.
Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.
Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba.
Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk.
Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3).Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk.Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.
Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti:
  1. Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif sedikit.
  2. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.
  3. Membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan.

Saturday 18 May 2013

granul

Pengertian pupuk granul

Pupuk organik granul (POG) memang sedang ‘naik daun’ beberapa waktu ini. Salah satu sebabnya adalah dukungan pemerintah untuk memberikan subsidi POG. Banyak sisi positifnya, tetapi sisi negatifnya ada juga. Salah satu sisi negatifnya adalah banyak POG yang dibuat asal-asalan, yang penting memenuhi spek, dapat untung, ngak peduli dengan kualitasnya. Broker-broker POG berkeliaran di mana-mana, pengusaha POG skala kecil yang tidak paham bisa kena getahnya. Yang dapat PO-pun yang penting memenuhi komitmennya, yang kadang-kadang tidak peduli dengan kualitas POG.

Lupakan saja POG itu, sekarang mencoba untuk berangan-angan untuk membuat POG kualitas premium. Bagi pengusaha yang memiliki visi jangka panjang POG Premium adalah kunci untuk sukses di bisnis POG.

POG Premium yang saya maksud di sini adalah POG yang memiliki kualitas sangat baik, komposisi lengkap, kualitas terjamin dan terbukti di lapangan. POG Premium bisa dibuat dengan beberapa cara:

1. Menggunakan Bahan Baku Kompos Grade A
Banyak POG dibuat dengan kompos abal-abal, alias kompos mentah. Kompos yang baik adalah kompos yang dibuat dengan proses pengomposan yang sempurna, menggunakan dekomposer yang bagus, dan waktunya cukup. Bahan untuk membuat kompos pun adalah bahan organik yang terjamin tidak terkontaminasi oleh bahan B3. Misalnya, kompos yang dipakai bukan dari TPA, sampah kota, sampah rumah tangga, atau sampah industri yang menggunakan bahan berbahaya. Sebaiknya kompos dibuat dari sampah daun, limbah agroindustri, atau pupuk kandang sapi, kambing, dll.
Salah satu parameter kualitas kompos adalah rasio C/N yang cukup rendah. Selain itu, kompos yang baik memiliki kandungan asam humat dan asam fulvat yang cukup tinggi. Kandungan unsur haranya lengkap, baik unsur makro maupun unsur mikro. Kompos bisa juga dibuat dengan mencampurkan kompos dari beberapa bahan, misalkan kompos dari kotoran sapi dikombinasikan dengan kompos dari limbah padat organik pertanian.
Kompos yang baik juga tidak mengandung mikroba-mikroba patogen untuk tanaman, maupun benih-benih gulma.
POG juga bisa dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya hara, seperti: fosfat alam, dolomit, zeolit, atau bahan-bahan lain.

2. Diperkaya dengan mikroba biofertilizer.
Saat ini ada kecenderungan untuk mengkombinasikan pupuk organik dengan pupuk bio (biofertilizer). Secara teori memang memungkinkan untuk memperkaya pupuk organik dengan biofertilizer. Banyak mikroba yang bisa perperan sebagai biofertilizer. Kelompok umum mikroba ini adalah: mikroba penambat N (simbiotik maupun non simbiotik), pelarut P, pelarut K, mikoriza, PGPR, biocontrol, dll. Mikroba yang dipakai untuk biofertilizer harus mikroba unggul. Mikroba yang telah melewati serangkaian seleksi dan ujicoba dengan metode yang sahih, sehingga ketika ditambahkan ke dalam POG mikroba-mikroba ini benar-benar bisa berfungsi dengan maksimal.
Penambahan mikroba juga akan menambah biaya. Apalagi jika ada banyak mikroba yang ditambahkan akan semakin meningkatkan biaya. Jadi penambahan mikroba harus benar-benar selektif.
Salah satu kesulitan penambahan mikroba yang lain adalah kompatibilitas antar mikroba. Dalam penambahan mikroba tidak berlaku rumus matematika 1 + 1 = 2, bahkan kadang-kadang 1 + 1 = – 2. Ini tantangan tersendiri.

3. Penambahan Hormon Nabati
Saat ini banyak beredar hormon tanaman yang berasal dari ekstrak tanaman, fermentasi ekstrak tanaman, sari hewan atau yang lainnya. Banyak sekali beredar di pasaran pupuk organik cair yang dibuat dengan cara ini dan terbukti di lapangan. Mungkin ada manfaatnya mengabungkan hormon nabati dengan POG. Dengan konsentrasi yang pas, penambahan POC bisa meningkatkan kualtias POG. Siapa tahu?

pembuatan pupuk organik padat

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT (BOKASHI)


 
Pertanian yang berkembang di Indonesia dewasa ini selalu mengedepankan penggunaan bahan-bahan kimia baik pupuk maupun pestisida. Apabila hal ini dilakukan terus menerus akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan kemrosotan kesuburan tanah.
Para petani di Indonesia dalam menerapkan teknologi pemupukan dan aplikasi pestisida sudah melampui dosis yang yang dianjurkan, hal ini dilakukan karena tanah sudah mengalami gejala kelelahan salah satunya adalah padat dan adanya perubahan iklim timbul adanya hama penyakit yang baru akibat ekosistem yang sudah tidak seimbang.
Menurut sumber peneliti dari BPTP Jawa Timur tahun 1996 menyebutkan bahwa kondisi tanah di Jawa Timur pada umumnya mengalami penurunan kandungan bahan organik yaitu tinggal tersisa 1 – 2 %. Padahal menurut para ahli bahwa tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman mengandung bahan organik 5 %, Mineral 45 %, Air 25 % dan Udara 25 %. Untuk itu penambahan bahan organik ke dalam tanah mutlak harus diberikan pada tanah agar produktivitas lahan bisa meningkat, salah satunya yaitu pemberian pupuk Organik (Bokashi) setiap melakukan penanaman.
TEKNIK PEMBUATAN
ALAT DAN BAHAN
1. Alat : Skop/Pacul,Ember,Gembor,Timbangan,Ayakan, Karung.
2. Bahan : Kotoran ( Ayam,Sapi,Kambing) 100 Kg,Arang sekam 20 Kg, Dedak 5 Kg,Gula Pasir 10 Sendok Makan, Em 4 10 cc ( 10 Sendok), Air Secukupnya.
PROSES PEMBUATAN
1. Bahan kering dicampur ( Kotoran,Arang sekam,Dedak)
2. Bahan cair dilarutkan ( Gula, EM4, Air ( lebih Kurang 20 liter )
3. Larutan pada poin kedua di siramkan pada campuran poin pertama dengan menggunakan gembor sambil diaduk hingga merata. Kemudian di gundukan seyinggi 30 cm dan ditutup dengan karung goni.
4. Kadar air adonan 30 – 40 % dan Suhu gundukan dipertahankan 40 – 50 derajat celcius.
5. Fermentasi selama lebih kurang 1 minggu ( Bokashi siap digunakan.)
CARA PENGGUNAAN
1. Bokashi yang akan digunakan harus sudah dikeringanginkan 3 – 4 hari, dosis pemberian 3 – 4 genggan permeter persegi (pada tanah kurus bisa lebih) atau 2 ton per ha.
2. Pada Tanah sawah diberikan pada saat pembajakan dan umur 14 hari atau 30 hari setelah tanam. (busa)

Friday 17 May 2013

Pupuk Alami / Organik




PUPUK ORGANIK
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar diambil dari alam dengan kandungan unsur hara alamiah. Pupuk organik merupakan bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Dalam pemberian pupuk untuk tanaman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu ada tidaknya pengaruh merugikan terhadap perkembangan sifat tanah, baik fisik, kimia maupun biologi serta ada tidaknya gangguan keseimbangan unsur hara tanah sehingga mempengaruhi penyerapan unsur hara tertentu oleh tanaman.

TERBENTUKNYA PUPUK ORGANIK
Di dalam tanah banyak organisme pengurai baik makro maupun mikro. Pupuk organik terbentuk karena kerjasama organisme pengurai dengan cuaca serta perlakuan manusia. Sisa bahan organik dihancurkan oleh organisme dan unsur-unsur terurai diikat menjadi senyawa. Senyawa tersebut harus larut dalam air sehingga memudahkan absorbsi oleh akar tanaman. Makro organisme berperan dalam mentranslokasikan sisa bahan organik dari bentuk kasar menjadi lebih halus. Sementara mikroorganisme berperan dalam penguraian bahan organik menjadi unsur hara sehingga mudah diserap tanaman setelah menjadi senyawa. Beberapa mikroorganisme penting antara lain, ganggang, fungi, actinomycetes, serta bakteri.

FUNGSI DAN PERAN PUPUK ORGANIK
Salah satu pembentuk tanah adalah bahan organik, sehingga penambahan bahan organik ke dalam tanah sangat penting. Pemberian pupuk organik berpengaruh positif terhadap tanaman. Dengan bantuan jasad renik dalam tanah maka bahan organik akan berubah menjadi humus. Humus merupakan perekat bagi butir-butir tanah saat membentuk gumpalan. Akibatnya susunan tanah akan menjadi lebih baik terhadap gaya-gaya perusak dari luar, seperti hayutan air (erosi). Selain itu pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara sekalipun dalam jumlah kecil.
Penambahan hara, humus, serta bahan organik dalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang.
Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah. Sehingga sifat fisik dan kimia tanah ikut diperbaiki. Pemberian pada tanah berpasir mengakibatkan daya ikat tanah meningkat. Pemberian pada tanah berlempung akan menjadi ringan, daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat tanah terhadap unsur hara meningkat, serta drainase dan tata udara tanah dapat diperbaiki. Tata udara yang baik dengan kandungan air cukup akan menyebabkan suhu tanah lebih stabil serta aliran air dan aliran udara tanah lebih baik.
Sifat biologi tanah dapat diperbaiki, sehingga mekanisme jasad renik menjadi hidup. Pendapat beberapa ahli menyebutkan bahwa pemberian pupuk organik akan meningkatkan populasi musuh alami patogen sehingga akan menekan aktivitas saprofitik patogen.
Pupuk organik tidak merugikan kesehatan ataupun mencemari lingkungan.

KELEMAHAN PUPUK ORGANIK
Ada beberapa kelemahan dari penggunaan pupuk organik, antara lain :
Pupuk organik, terutama pupuk kandang, masih sering mengandung biji-bijian tanaman pengganggu. Biji-bijian yang termakan ternak tidak akan tercerna sehingga dapat tumbuh mengganggu tanaman.
Pupuk organik sering menjadi faktor pembawa hama penyakit karena mengandung larva atau telur serangga sehingga tanaman dapat diserang.
Kandungan unsur hara dalam pupuk organik sulit diprediksi
Kandungan unsur hara pupuk organik jauh lebih rendah dibanding pupuk anorganik sehingga dosis penggunaannya jauh lebih tinggi. Akibatnya biaya transportasi, gudang, serta tenaga kerja meningkat.
Respon tanaman terhadap pupuk organik lebih lambat, karena pupuk organik bersifat slow release.
Penerepan hasil bioteknologi, seperti pupuk mikroba, masih jarang digunakan. Sehingga penambahan jumlah mikroorganisme dalam tanah kurang optimal.

BENTUK PUPUK ORGANIK
Dari bentuknya ada dua jenis pupuk organik, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair.  Pupuk organik padat sudah lazim digunakan petani. Aplikasi pupuk organik padat dengan cara ditabur atau dibenamkan dalam tanah. Sementara pupuk organik cair adalah pupuk organik dalam bentuk cair. Pada umumnya, pupuk organik cair merupakan ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak. Senyawa organik yang mengandung unsur karbon, vitamin, atau metabolit sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang, atau enzim. Pengaplikasian pupuk organik cair umumnya dengan cara disemprotkan ke tanaman atau dikocorkan ke tanah.

PUPUK KANDANG
Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran hewan ternak baik dalam bentuk padat maupun cair. Jumlah serta kandungan unsur hara baik kotoran padat maupun cair masing-masing ternak berbeda-beda. Perbedaan itu detentukan kondisi dan jenis hewan serta jumlah dan jenis pakan hewan tersebut. Akan tetapi selisih dari kandungan hara tersebut juga sangat tipis, sehingga tidak perlu menjadi pertimbangan untuk menentukan pupuk kandang yang akan digunakan. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap, baik makro maupun mikro.

Dilihat dari proses dekomposisinya pupuk kandang dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas merupakan pupuk yang terbentuk karena proses penguraian oleh mikroorganisme berlangsung cepat sehingga menghasilkan panas. Contoh puuk kandang panas antara lain kotoran ayam dan kuda. Sedangkan pupuk dingin merupakan pupuk yang terbentuk karena proses penguraian oleh mikroorganisme berlangsung sangat pelan sehingga tidak menghasilkan panas. Contoh pupuk kandang dingin antara lain, kotoran sapi, kerbau, dan babi.

KOMPOS
Kompos merupakan pupuk organik hasil pelapukan bahan-bahan tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun-daunan, rumput-rumputan, limbah organik pengolahan pabrik, serta sampah organik. Pemrosesan atau daur ulang limbah industri organik merupakan cara tepat untuk menjaga kelestarian lingkungan. Hasilnya dapat digunakan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pengomposan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, pengaturan kondisi mikroklimat, seperti suhu atau kelembaban, dan menambahan mikroorganisme pengurai atau dekomposer sebagai aktivator.

Pengomposan berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad renik) untuk menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan agar terurai menjadi senyawa lain. Dalam proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik larut (tersedia) sehingga langsung bisa diserap tanaman. Pengomposan juga bertujuan menurunkan rasio C/N. Jika bahan organik yang memiliki rasio C/N  tinggi tidak dikomposkan dan langsung diberikan ke dalam tanah maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah, mengakibatkan CO2 dalam tanah meningkat sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman, bahkan pada tanah ringan mengakibatkan daya ikat terhadap air rendah serta struktur tanahnya berserat dan kasar.

PUPUK HIJAU
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang memanfaatkan jaringan tanaman hijau. Jenis tanaman yang sering digunakan sebagai pupuk hijau adalah tanaman leguminose. Secara umum ciri-ciri tanaman yang dapat digunakan sebagai pupuk hijau adalah : pertumbuhannya cepat, perakarannya dangkal, bagian atas lebat dan sukulen, tanaman tahan terhadap kekeringan dan mampu tumbuh baik di tanah miskin hara.

Beberapa keuntungan memanfaatkan tanaman leguminose sebagai pupuk hijau antara lain :
Leguminose mampu menambat N dari udara, sehingga dapat menambah unsur N dalam tanah.
Leguminose mampu mendorong aktivitas mikroorganisme.
Leguminose mampu mendorong struktur tanah menjadi lebih remah.
Leguminose dapat bekerja sebagai pelindung erosi tanah.

PUPUK MIKROBA
Pupuk mikroba merupakan formulasi inokulan strain-strain mikroba unggul untuk meningkatkan atau menambah unsur hara dalam tanah. Keberadaannya sangat berperan bagi pertanian organik berkelanjutan. Ada beberapa jenis pupuk mikroba di pasaran, antara lain mikroba penambat N, mikroba pelepas (pelarut) fosfat, serta mikroba dekomposer.

perkembangan pupuk organik

Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
265
13. PROSPEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI DI
INDONESIA
R.D.M. Simanungkalit
SUMMARY
Prospects for organic fertilizer and biofertilizer in
Indonesia.
Quality
organic fertilizers and biofertilizers are
needed to sustain soil productivity. In fact, there is at
present a decline in soil productivity in Indonesia. The
quality of both types of currently
commercialized fertilizers is
needed to improve in order to increase their role in
improving soil productivity. Si
nce most of the commercial
biofertilizers are comp
ound biofertilizers,
there is a strong
need for the establishment of their quality standards. The
regulation on organic fertilizers and soil conditioners
(Permentan 02/Pert/HK.060/2/2006) has been issued, but
what is more important, how to monitor it well. There is a
number of organic matter sources in rural areas, as well as
in municipal areas, whic
h can be utilized to produce
composts. The government should encourage farmers to
use both organic fertiliz
ers and biofertilizer
s, so that they
fianally consider the use of bot
h fertilizers as important as
anorganic fertilizers. Potensial hazards when using
municipal wastes as compost-making material should be
considered. Compound biofert
ilizers are a new
phenomenon
in the fertilizer technology, therefore experience of
production techniques is st
ill lacking. Mixing different
functional groups of microbes in order to produce the
designed quality should guarantee that all microbes are still
alive and in sufficient amounts when applied in the field.
Melihat pada kandungan bahan organik tanah di Indonesia yang
rata-rata <2% sebagai indikasi, seyogianya permintaan terhadap pupuk
organik menjadi banyak, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Ada
beberapa alasan yang dapat dikemuka
kan penyebab kenyataan ini. Pupuk
organik dianggap belum merupakan kebutuhan pokok dalam produksi
tanaman dibandingkan dengan pupuk anorganik (sintetis). Sebelum revolusi
hijau pada tahun 1960-an petani di Indonesia banyak menggunakan pupuk

Simanungkalit
266
organik. Pada saat ini petani lebih suka menggunakan pupuk anorganik
dibandingkan dengan pupuk organik. Pupuk organik bersifat
voluminous
karena kandungan haranya rendah, sehingga memerlukan biaya tambahan
untuk transportasi dan aplikasi kalau mendatangkan dari tempat lain.
Memang sebaiknya bahan organik itu bila tersedia
in situ
diolah dulu
menjadi kompas oleh petani bersangkutan. Efek dari penggunaan pupuk
organik lambat, tidak seperti, pupuk anorganik yang respon tanaman
berlangsung cepat.
Peristiwa kelangkaan pupuk anorganik yang sering terjadi beberapa
tahun terakhir ini pada setiap musim tanam menyebabkan banyak petani
harus mencari ke kota lain dan berani membeli mahal demi kelanjutan
produksi tanamannya. Ini merupak
an indikasi bagaimana pupuk anorganik
sudah merupakan kebutuhan dasar, apalagi petani sudah menggunakan
bibit unggul yang membutuhkan takaran pupuk yang tinggi untuk dapat
mencapai potensi hasil bibit unggul tersebut. Petani menyadari kalau
kebutuhan hara tanaman ini tidak dipenuhi hasil yang diperoleh akan
menurun, oleh karena itu tidak heran kalau petani menjadi panik kalau
terjadi kelangkaan pupuk.
Petani lebih memperhatikan kepentingan sesaat daripada
kepentingan jangka panjang. Pemakaian pupuk anorganik terutama dalam
jumlah berlebihan di atas takaran rekomendasi selama ini sudah mulai
memberikan dampak lingkungan y
ang negatif seperti menurunnya
kandungan bahan organik tanah, rentannya tanah terhadap erosi,
menurunnya permeabilitas tanah, menurunnya populasi mikroba tanah, dan
sebagainya. Memang sering penggunaan pupuk organik tidak memberikan
manfaat jangka pendek tetapi jangka panjang melalui pelestarian sumber
daya lahan dan produktivitasnya. Akibat
dari kemiskinan petani, mereka
lebih mengutamakan hasil panen yang tinggi setiap musim tanam daripada
keletarian sumber daya lahan dan keberlanjutan produksi untuk kepentingan
generasi mereka berikutnya.
Data produksi pupuk organik di Indonesia sulit diperoleh
Kebanyakan produsen pupuk organik di Indonesia digolongkan sebagai
usaha kecil menengah (UKM). Kalau banyaknya merek-merek pupuk
organik yang beredar (baik yang terdaftar maupun yang tidak) digunakan
sebagai indikasi maka potensi memproduksi pupuk organik cukup besar.
Pupuk komersial ini dalam jumlah besar diproduksi di luar daerah produksi
(ex situ), kemudian diangkut ke
daerah yang membutuhkan. Karena
kebutuhan pupuk organik ini per satuan luasnya sangat besar (5-20 t ha
-1
),
maka biaya transportasi akan membuat harga pupuk organik ini menjadi
cukup mahal. Sebenarnya potensi untuk memproduksi sendiri pupuk organik
(kompos)
in situ
cukup besar, mengingat banyak
sisa-sisa tanaman di lahan-
lahan petani atau disekitarnya yang dapat diolah menjadi kompos. Kotoran-

Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
267
kotoran ternak yang dapat dikumpulkan dari peternak-peternak yang
mungkin ada di sekitar usaha taninya dapat menjadi sumber pupuk organik
yang penting. Kebiasaan untuk menanam tanaman pupuk hijau atau legum
penutup tanah di sekitar lahannya perlu digalakkan, karena ini dapat
menjadi sumber bahan organik yang murah.
Pupuk organik adalah salah satu komponen dalam pertanian
organik, tetapi bukan monopoli pertanian organik. Pupuk organik juga
dibutuhkan oleh pertanian konvensional untuk memelihara kelestarian lahan,
memperbaiki kesuburan fisik, kimia,
dan biologis tanah yang bersangkutan.
Sudah saatnya pemerintah lebih mendorong pemakaian pupuk
organik pada pertanian di Indonesia melalui kebijaksanaan yang men-
dorong petani untuk menggunakan pupuk organik selain pupuk anorganik
yang sudah digunakan selama ini.
Pengelolaan pupuk terpadu
Pengelolaan pupuk terpadu merupakan sistem yang mencoba
mengkombinasikan penggunaan pupuk anorganik dengan pupuk organik
dan atau pupuk hayati. Penurunan kua
litas tanah sebagai akibat dari
penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dan dalam jumlah
besar tanpa pemberian bahan organik yang cukup pada pertanian
konvensional sudah mulai dirasakan. Penggunaan pupuk organik dan pupuk
hayati yang bermutu akan membantu upaya untuk melestarikan
produktivitas lahan dan produksi tanaman.
Hasil penelitian untuk melihat pengaruh penggunaan pupuk
anorganik dan pupuk organik/pupuk hayati menunjukkan bahwa kombinasi
ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Pupuk
organik yang diberikan haruslah dalam jumlah yang cukup. Pupuk anorganik
yang diberikan haruslah dalam jumlah
yang tidak menekan pertumbuhan
mikroba pupuk hayati. Jumlah popul
asi mikroba bersangkutan dapat
menurun kalau takaran pupuk anorganik yang diberikan tinggi. Penelitian
untuk menentukan kombinasi ini belum banyak dilakukan baik dilihat dari
jenis tanamannya, jenis pupuk hayatinya, maupun agroekosistemnya.
Karena itu penelitian ke arah ini perlu dilakukan agar pemanfaatan pupuk
hayati dapat dilakukan secara optimal.
Pupuk hayati tunggal versus pupuk hayati majemuk
Kecenderungan
perkembangan pupuk hayati yang beredar
sekarang di Indonesia adalah ke arah
produksi pupuk hayati majemuk.
Dasar pemikiran ke arah ini tidak jelas. Kalau memang hasil penelitian yang
menjadi dasar, tentunya kita dapat merujuk kepada publikasi hasil

Simanungkalit
268
penelitiannya. Tetapi kenyataannya
sulit untuk mendapatkan publikasi
tentang pupuk hayati majemuk.
Barangkali yang menjadi dasar
pertimbangannya adalah kemungkinan untuk mendapatkan manfaat dari
setiap kelompok fungsional mikroba yang terkandung dalam satu pupuk
hayati majemuk tersebut. Kalaupun itu dapat terjadi, tentunya diperlukan
peneltian yang mendalam, sejauh mana mikroba-mikroba tersebut
bersinergi satu sama lain.
Pupuk hayati majemuk adalah fenomena baru dibandingkan dengan
pupuk hayati tunggal yang sudah mempuny
ai sejarah yang lama. Penelitian
tentang pupuk hayati tunggal ini su
dah banyak dilakukan. Sejarahnya
dimulai dengan penggunaan
Rhizobium
sebagai inokulan pada kacang-
kacangan. Jumlah populasi bakteri per biji harus berkisar 10
3
–10
6
(tergantung pada besarnya) biji agar terjadi nodulasi pada akar kacang-
kacangan bersangkutan. Pada negara tertentu seperti Australia tetap
memproduksi inokulan monostrain
,
mereka beranggapan kalau mereka
menggunakan multistrain maka jumlah bakteri dari strain yang dominan
akan kurang dari jumlah yang diperlukan untuk menodulasi akar.
Pada pupuk hayati majemuk terdapat berbagai mikroba
(kebanyakan lebih dari tiga jenis), tapi belum diketahui berapa jumlah
minimal populasi masing-masing mikroba fungsional pada pupuk hayati
majemuk tersebut agar dapat menjalankan fungsinya masing-masing
setelah berada dalam tanah. Pada pupuk
hayati tunggal seperti dicontohkan
di atas, jumlah ini sudah jelas. Karena itu penelitian mengenai jumlah
masing-masing mikroba fungsional itu diperlukan agar manfaat pupuk hayati
majemuk tersebut betul-betul dapat diperoleh. Apa yang jelas pada pupuk
hayati majemuk adalah jumlah masing-masing mikroba fungsional dalam
bahan pembawa akan berkurang. Dalam bahan pembawa mikroba-mikroba
ini akan berkompetisi, sehingga pada akhirnya hanya mikroba-mikroba
tertentu yang akan dominan. Tidak m
ungkin diharapkan semua kelompok
fungsional ini diharapkan hidup berdampingan secara damai. Secara teoritis
mikroba-mikroba ini memainkan peranannya masing-masing. Kalau
demikian terjadi maka dari suatu pupuk hayati majemuk diperoleh nitrogen
hasil penambatan secara hayati, fosfat dan kalium hasil pelarutan, dan
manfaat-manfaat lain.
Mutu pupuk organik dan pupuk hayati
Mutu pupuk organik
Berdasarkan analisis mutu pupuk organik komersial yang pernah
dilakukan, mutunya tidak ada yang memenuhi syarat mutu berdasarkan
Peraturan Mentan No. 02/Pert/HK.060/2/2006 tentang pupuk organik dan
pembenah tanah (lihat Bab 11). Dengan sudah dikeluarkannya peraturan ini,

Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
269
diharapkan perkembangan pupuk organik
di Indonesia akan lebih maju.
Pupuk organik akan betul-
betul berfungsi sebagaimana seharusnya, karena
melalui baku mutu yang ditetapkan diharapkan mutu pupuk organik
komersial akan lebih baik, sehingga para konsumen (pengguna) pupuk
organik dapat membeli pupuk organik yang bermutu. Selain itu adanya
peraturan ini akan menciptakan iklim untuk memproduksi pupuk organik
bermutu di antara produsen juga tumbuh.
Kompos adalah salah satu jenis pupuk organik yang dewasa ini
banyak dikomersialkan. Petani meng
hasilkan sendiri komposnya dari bahan-
bahan yang ada di sekitar usahataninya,
seperti sisa tanaman, kotoran
ternak, dan limbah-limbah pertanian lainnya. Karena kompos ini untuk
dipakai sendiri, tidak perlu memenuhi peraturan baku mutu pupuk organik
seperti yang disebutkan di atas. Hanya kompos komersial yang perlu
memenuhi peraturan tersebut. Petani yang membuat komposnya sendiri
hanya perlu diberi penyuluhan bagaimana membuat kompos yang baik.
Mutu pupuk hayati
Baku mutu pupuk hayati yang sudah umum ada di berbagai negara
di dunia adalah adalah baku mutu pupuk hayati tunggal khususnya untuk
inokulan rhizobia (lihat Bab 12), sehingga baku mutu ini dapat
diperbandingkan satu sama lain. Tidak demikian halnya dengan pupuk
hayati majemuk, informasi tentang baku mutunya tidak tersedia. Hal ini
dapat dipahami karena di negara-negar
a maju sendiri yang dikembangkan
adalah pupuk hayati tunggal.
Salah satu faktor yang menentukan mutu suatu pupuk hayati adalah
keefektifan strain-strain/spesies-sp
esies mikroba yang tekandung dalam
pupuk hayati tersebut. Mikroba tersebut pada dasarnya diisolasi dari tanah,
kemudian diskrining berdasarkan sifa
t tertentu yang diinginkan (apakah
tahan masam, kering, dan sebagainya), selanjutnya diformulasi sebagai
inokulan. Mikroba pupuk hayati hasil rekayasa genetik tidak dapat
digunakan untuk formulasi inokulan.
Strain/spesies yang terkandung dalam inokulan dapat diganti, bila
berdasarkan hasil penelitian ditemukan
strain
/spesies yang lebih unggul,
seperti yang dilakukan di Australia
(lihat Bab 12). Mikroba ini sebelum
dijadikan kandungan dari inokulan yang dikomersialkan, terlebih dahulu diuji
keefektifannya terhadap jenis tanaman yang diinginkan tidak hanya di
laboratorium, tetapi juga di lapan
gan pada berbagai agroekosistem. Oleh
karena tidak jarang, pengujiannya hanya sampai pada percobaan pot di
kamar kaca. Sehinga ketika diuji di lapangan mikroba tersebut tidak
menunjukkan keunggulannya, mungki
n karena tidak mampu bersaing
dengan mikroba sejenis, tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan atau
sebab-sebab lain.

Simanungkalit
270
Pada tahun 1980-an inokulan rhizobia digunakan pada intensifikasi
kedelai di berbagai provinsi di Indonesi
a. Ketika itu inokulan rhizobia yang
sama digunakan untuk berbagai daerah pertanaman kedelai, pada hal
strain-strain dalam inokulan tersebut be
lum tentu sesuai untuk lokasi-lokasi
tersebut, belum lagi inokulan yang digunakan adalah multistrain
sehingga
populasi mikroba tiap
strain
menjadi berkurang, dan karena kompetisi hanya
strain-strain tertentu yang bertahan hidup dan berkembang. Salah satu
penyebab kurangnya adopsi teknologi inokulan pada masa itu adalah
ketidak-konsistenan hasil kedelai y
ang diperoleh karena inokulasi. Ketidak-
konsistenan ini berkaitan dengan mutu inokulan yang kurang memadai.
Sejak lama berbagai institusi (lembaga penelitian dan universitas)
telah melakukan koleksi berbagai mikroba pupuk hayati di berbagai lokasi di
Indonesia, tetapi koleksi ini belum
dimanfaatkan sepenuhnya. Sebenarnya
koleksi-koleksi ini merupakan sumber potensial untuk mikroba pupuk hayati
unggul yang selanjutnya dapat diformulasi menjadi inokulan, asal saja
mikroba ini diteliti secara sistematis
sehingga akhirnya ditemukan mikroba-
mikroba unggul yang diperlukan. Stra
in/spesies yang terkandung dalam
inokulan dapat saja diganti, kalau memang ada yang lebih unggul. Sepert di
Australia misalnya, sejumlah strain baru yang lebih unggul menggantikan
strain-strain yang lama (lihat Bab 12).
Kebanyakan informasi yang tersedia tentang kemampuan kompetisi
adalah pada pupuk hayati tunggal, khususnya rhizobia. Oleh karena
kecenderungan di Indonesia saat in
i adalah memproduksi pupuk hayati
majemuk, maka perlu diteliti kemampuan kompetisi dari masing-masing
mikroba tersebut di dalam inokulan dan setelah berada dan berkembang
dalam tanah. Ini merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan mutu
dari pupuk hayati tersebut.
Sampai saat ini baku mutu pupuk hayati majemuk di Indonesia
belum ada, pada hal komersialisasinya sudah lama berlangsung. Untuk
melindungi pengguna dari menggunakan pupuk hayati yang tidak bermutu
(substandar), perlu adanya baku mutu in
i. Hanya pupuk hayati bermutu yang
dapat membantu upaya pelestarian produktivitas lahan dan produksi
tanaman
Sistem pengawasan mutu pupuk organik dan pupuk hayati
Pada dasarnya peraturan tentang baku mutu pupuk organik dan
pupuk hayati itu hanyalah merupakan p
edoman yang akan terlaksana kalau
ada pengawasan. Tanpa pengawasan yang ketat, peraturan itu akan sedikit
sekali artinya.

Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
271
Perizinan harus betul-betul diberikan setelah memang uji mutu dan
uji keefektifan memenuhi syarat. Selain itu pengawasan di lapangan juga
harus dilakukan secara teratur, apakah pupuk organik dan pupuk hayati
yang beredar sudah memenuhi syarat mutu.
Pengelolaan sampah kota
Sampah kota merupakan salah satu sumber bahan organik yang
penting
.
Banyaknya timbunan sampah di berbagai kota besar telah
menimbulkan masalah pembuangan bagi kota-kota yang bersangkutan.
Sebagian besar dari sampah ini masih
dapat dimanfaatkan untuk dibuat
menjadi kompos, terutama sampah organik dari pasar maupun. rumah
tangga (domestik) Nilai dari sampah organik ini sebagai sumber hara
tanaman ditingkatkan melalui proses pengomposan.
Sampah rumah tangga yang dibuang sering masih tercampur antara
sampah yang dapat didaur ulang dan sampah yang dapat diolah menjadi
kompos. Agar pengumpulan sampah ini lebih efisien, sebaiknya pemerintah
kota menyediakan bak-bak te
mpat pembuangan yang berbeda untuk
sampah-sampah yang dapat diolah menj
adi kompos dan tidak seperti
plastik, pecahan gelas, dan sebagainya.
Sistem pengelolaan sampah seperti
ini berjalan baik di berbagai negara indu
stri. Fasilitas seperti ini disediakan di
daerah-daerah perumahan, sehingga kalau penghuni akan membuang
sampahnya, ia sudah memisahkan sampahnya yang akan dibuang.
Tentunya cara ini akan membantu para pemulung dalam mengumpulkan
sampah-sampah anorganik yang dapat didaurulang.
Masalah utama dalam memproduksi kompos adalah terdapatnya
unsur-unsur berbahaya yang mungki
n berbahaya bagi pertumbuhan
tanaman dan/atau kesehatan manusia. Sumber utama unsur-unsur
berbahaya ini adalah sampah dan limbah kota yang sering mengandung
logam berat arsenat, timbal, dan kadmium yang tinggi. Oleh karena itu perlu
kehati-hatian kalau menggunakan sampah dan limbah kota sebagai pupuk
organik.